Menu

Mode Gelap
Kasie Propam Polres Lhokseumawe Pimpin Giat Gaktiblin di Polsek Blang Mangat Kebakaran Melanda 10 Unit Ruko Semi Permanen di Aceh Utara Puluhan Jurnalis Pase Gelar Aksi Tolak Revisi RUU Penyiaran Polri siap menyasar jaringan Narkotika perairan Internasional melalui SATPOLAIRUD Kecelakaan Kerja, Basarnas Aceh Evakuasi 1 Orang Crew Kapal Tanker MV. Ocean Virginia Berbendera Panama 10 Rumah di Bener Meriah Ludes Dilalap “si Jago Merah”

Kolom

Peran Keluarga, Guru, dan Masyarakat dalam Membentuk Generasi yang Berintegritas melalui Pendidikan Karakter di Era Digital 

badge-check


					Ilustrasi Perbesar

Ilustrasi

Penulis: Aliya Ramadani & Amelia Putri (Mahasiswi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muslim Nusantara Al Washliyah)

Pendidikan karakter adalah proses pembelajaran yang bertujuan untuk mengembangkan nilai-nilai moral, etika, dan kepribadian yang lebih baik. Tujuan utama pendidikan karakter ialah untuk membentuk individu yang berintegritas, mampu membuat keputusan sendiri, dan bertanggung jawab. Integritas merupakan kualitas atau karakter seseorang yang menunjukkan konsistensi antara perbuatan, perkataan, tindakan, nilai, dan prinsip yang dipegangnya, berupa tanggung jawab, kejujuran, konsistensi, dan ketaatan pada etika.

Berikut beberapa contoh peran orang tua, guru, dan masyarakat dalam membentuk generasi yang berintegritas:

Peran Keluarga

  1. Pendidikan dalam Pembentukan Karakter

Keluarga merupakan lingkungan hidup yang paling awal dan paling substansial dalam proses pembentukan karakter anak. Anak berusaha untuk mengenal berbagai macam nilai dan norma melalui keluarganya. Pengalaman dan sentuhan pendidikan pertama kali diperoleh anak di lingkungan keluarga.

  1. Pernyataan Filosofi

John Locke dengan teori “tabula rasa” menggambarkan anak kecil sebagai ‘kertas kosong’ yang membutuhkan lingkungan untuk diisi.

  1. Pengaruh Lingkungan Keluarga

Lingkungan keluarga, terdiri dari ayah dan ibu, mempunyai peran signifikan dalam proses pembinaan karakter anak sejak dini. Bergesernya nilai dan norma dalam keluarga sering mengakibatkan orang tua cenderung apatis terhadap perkembangan anaknya.

  1. Dampak Apatisme Orang Tua

Dekadensi moral pada anak bisa terjadi jika orang tua enggan dalam proses pembentukan karakter anak. Orang tua berperan memberikan rasa aman, damai, dan kasih sayang pada anak.

  1. Implikasi Pendidikan Karakter

Keberhasilan pendidikan karakter lebih utama berada pada proses pendidikan dalam keluarga dibandingkan dengan sekolah. Orang tua sebagai guru pertama yang memperkenalkan anak pada dunia.

  1. Cara Membentuk Karakter Anak dalam Keluarga:
    • Tidak Membandingkan Anak:
      • Setiap anak memiliki kelebihan dan kekurangan yang berbeda. Berikan pujian dan dukungan untuk meningkatkan rasa percaya diri anak.
    • Biarkan Anak Bermain:
      • Bermain sesekali membantu anak menemukan karakternya dan melatih kemampuan sosial serta kecerdasan emosionalnya.
    • Memberikan Contoh:
      • Orang tua bisa menjadi contoh positif agar anak bisa meniru perilaku yang baik.
    • Biarkan Anak Bebas Menjadi Dirinya Sendiri:
      • Orang tua sebaiknya tidak memaksakan kehendak dan memberikan kesempatan pada anak untuk mengeksplorasi dirinya sendiri.

Peran Orang Tua yang Paling Mendasar adalah Membentuk Karakter Anak sebagai Bekal Hidup

Tidak ada pilihan lain, pendidikan karakter harus dilaksanakan di dalam lingkungan keluarga, karena keluarga merupakan sumber utama dan pertama bagi anak untuk memperoleh, membentuk, serta mengembangkan karakter. Proses pendidikan karakter anak dalam keluarga dapat dilakukan oleh orang tua tanpa harus mempunyai gelar khusus, sekolah, atau training khusus karena pendidikan di dalam keluarga berlangsung secara alami tanpa direkayasa. Ada beberapa cara yang dapat diterapkan orang tua untuk melaksanakan pendidikan karakter bagi anak yaitu dengan menggunakan beberapa cara antara lain keteladanan, pembiasaan, nasehat, dan hukuman serta motivasi terhadap anak.

Peran Guru

  • Menerapkan nilai-nilai karakter dalam pembelajaran akademis seperti kejujuran saat ujian, kerjasama pada tugas kelompok, dan disiplin mengerjakan tugas.
  • Mengajarkan siswa tentang tanggung jawab, toleransi, dan menghormati melalui interaksi di kelas.
  • Mendukung perkembangan moral dan emosional siswa untuk menjadi pribadi yang lebih baik.
  • Memberikan motivasi yang baik kepada mereka.

Peran Masyarakat

  • Menerapkan nilai-nilai solidaritas, kebersamaan, dan tolong menolong.
  • Menerapkan kerja sama, rasa hormat, dan kepedulian terhadap sesama melalui kegiatan sosial atau keagamaan, kerja bakti, dan festival budaya.
  • Adanya seseorang yang menjadi inspirasi bagi anak-anak setempat dalam berperilaku baik.
  • Menyediakan akses informasi yang mendidik.
  • Penyebab Pentingnya Pendidikan Karakter dalam Membentuk Integrasi di Era Digital
  • Untuk mencegah penyalahgunaan teknologi.
  • Mengurangi plagiarisme dan pelanggaran etika akademik.
  • Menghadapi globalisasi nilai dan budaya.
  • Mengembangkan tanggung jawab di dunia digital.
  • Melawan informasi palsu atau hoax.

Pada masa sekarang, pendidikan karakter sudah tidak terlalu banyak diperhatikan karena perkembangan era digital itu sendiri, juga karena peran orang terdekat yang tidak mengevaluasi generasi muda. Orang tua yang sedari dini memberikan handphone kepada anaknya, guru yang tidak dibolehkan menegur siswa yang melakukan kesalahan, juga masyarakat yang tidak memperdulikan masyarakat lain.

Berikut ini adalah alasan kurangnya integritas pendidikan karakter di era digital:

  • Akses informasi yang tidak terkontrol, seperti kurangnya literasi digital sehingga mudah termakan hoax. Tanpa adanya pengawas langsung, banyak orang yang merasa aman untuk bertindak di luar batas-batas integritas yang biasanya mereka pegang di dunia nyata.
  • Godaan instant gratification (kepuasan instan), di mana orang mencari solusi cepat atau hasil instan tanpa memikirkan proses atau kerja yang diperlukan.
  • Kurangnya pengawasan dan pengarahan terkait penggunaan teknologi yang menyebabkan anak atau remaja tidak mendapatkan pedoman moral yang kuat dalam bersikap di dunia maya.
  • Kurangnya pemahaman bahwa tindakan di dunia maya dapat berdampak serius pada kehidupan nyata, baik bagi diri sendiri maupun orang lain.
  • Kurangnya penekanan pada pendidikan karakter di sekolah.
  • Kurangnya pemahaman akan konsekuensi jangka panjang dari tindakan terintegrasi di dunia digital.
  • Tekanan sosial dan kompetisi yang semakin ketat baik di dunia pendidikan maupun pekerjaan yang mendorong orang mengorbankan integritas demi mencapai hasil yang cepat.

Mengatasi Kurangnya Integritas dalam Pendidikan Karakter di Era Digital

Mengatasi penyebab kurangnya integritas dalam pendidikan karakter di era digital memerlukan strategi yang komprehensif, melibatkan berbagai pihak seperti orang tua, guru, sekolah, pemerintah, dan masyarakat. Berikut adalah beberapa cara untuk mengatasi masalah ini:

  • Meningkatkan Literasi Digital dan Pengajaran Etika Digital: Selain keterampilan teknis, penting untuk menekankan nilai-nilai etika dalam menggunakan teknologi, seperti kejujuran dalam penggunaan informasi, menghargai hak cipta, dan tidak terlibat dalam plagiarisme.
  • Membimbing Penggunaan Teknologi secara Bertanggung Jawab: Sekolah dan lembaga lain bisa menyediakan pelatihan bagi orang tua untuk membantu mereka mengawasi dan memahami aktivitas digital anak-anak mereka.
  • Menanamkan Pentingnya Integritas di Pendidikan: Kurikulum Pendidikan Karakter yang Kuat: Sekolah harus mengintegrasikan pendidikan karakter yang berfokus pada nilai-nilai integritas, kejujuran, dan tanggung jawab ke dalam semua mata pelajaran.
  • Memanfaatkan Teknologi untuk Memantau dan Mendorong Integritas: Sekolah dan universitas bisa menggunakan teknologi, seperti perangkat lunak anti-plagiarisme, untuk memeriksa tugas siswa dan memastikan bahwa mereka menulis karya mereka sendiri.
  • Meningkatkan Kesadaran akan Jejak Digital dan Dampaknya: Pendidikan tentang Jejak Digital: Siswa perlu diajari tentang konsep jejak digital. Pelatihan tentang Privasi dan Keamanan Online: Orang tua dan sekolah harus mengajarkan pentingnya menjaga privasi online.
  • Mendorong Kolaborasi antara Orang Tua, Sekolah, dan Masyarakat: Kemitraan antara Sekolah dan Orang Tua: Sekolah dan orang tua harus bekerja sama dalam membangun karakter anak-anak.
  • Memanfaatkan Teknologi untuk Memantau dan Mendorong Integritas: Platform Anti-Plagiarisme: Sekolah dan universitas bisa menggunakan teknologi. Sekolah dan organisasi bisa menciptakan sistem penghargaan yang memberikan apresiasi kepada siswa yang menunjukkan perilaku etis dan integritas.

Kesimpulan

Keluarga mempunyai peran yang besar dalam memberikan pengaruh terhadap pembentukan kepribadian anak. Memang benar ada lingkungan di luar keluarga yang juga mampu mempengaruhi kepribadian anak, tetapi pengaruh tersebut tidak sebesar pengaruh keluarga. Baik dan buruknya karakter anak tergantung pada bagaimana orang tua mendidiknya. Jika orang tua mampu menginternalisasi nilai-nilai kebaikan dalam diri anak, maka anak tersebut akan memiliki karakter yang baik pula. Adapun jika orang tua tidak mampu menginternalisasi nilai-nilai kebaikan pada diri anak, maka kemungkinan besar anak tersebut menjadi anak yang tidak memiliki karakter yang baik.

Mengatasi kurangnya integritas dalam pendidikan karakter di era digital memerlukan pendekatan menyeluruh yang melibatkan pendidikan literasi digital, pengajaran etika, keteladanan dari figur publik, serta kolaborasi antara sekolah, orang tua, dan masyarakat. Dengan pendekatan ini, generasi muda dapat diajarkan untuk tidak hanya memahami teknologi, tetapi juga menggunakannya dengan integritas, tanggung jawab, dan kesadaran etis. *

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Lainnya

Dewan Pers Tak Berhak Usir dan Segel Kantor PWI

2 Oktober 2024 - 12:07 WIB

Kajian Energi Terbarukan pada Daerah Kepulauan Banyak Aceh Singkil

14 Mei 2024 - 08:17 WIB

Bung Hatta PNL: Ingin Sukses, Kuasai 8 Soft Skill Ini! 

13 Mei 2024 - 21:58 WIB

Trending di Kolom