Lhokseumawe, Harianpaparazzi.com – Bukan Tidak mungkin tragedi kebocoran Pipa minyak Plumpang yang merenggut nyawa puluhan jiwa, terjadi di ladang gas PT. Pema Global Energy (PGE) Aceh Utara karena manajemen perusahaan mendeteksi 10 titik jalur pipa gas saat ini rawan mengalami kebocoran.
External Relation Manager Bustami menjelaskan, di Point B saja, terdapat 18 titik pipa gas dan kondensat yang telah diperbaiki dari kebocoran. Sementara saat ini masih ada 10 titik lagi di point A, harus segera ditangani dari indikasi kebocoran.
Lanjutnya, cluster 4 dengan generator baru, sudah pastikan memiliki tekanan gas tinggi, disalurkan ke cluster. Sementara pipa bawah tanah di cluster 1,2,3, sepanjang 30 kilometer dari Point A ke PoInt B harus segera direkondisi. Dengan demikian potensi kebocoran lebih besar, karena usia pipa diatas 40 tahun dimakan usia juga korosi.
Salah satu bukti kebocoran itu sempat terjadi pada pipa listrik tegangan tinggi bawah tanah PGE bulan juni 2024, tepatnya di desa Simpang Rangkaya.
“Untunglah saat itu juga mampu kita atasi segera, kalau tidak maka pedagang bisa kontak listrik, makanya mereka 19 orang itu kita pindahkan. Kejadian itu persis di bawah pedagang liar itu berjualan,” kata Bustami Senin (12/08) kepada harianpaparazzi.com saat menghadiri persiapan PON di Banda Aceh.
Ungkapnya, disaat pihaknya tengah mendeteksi pipa tua dari kebocoran, di saat itulah para pedagang liar kian menjamur, tepatnya mereka muncul saat covid-19. Seharusnya ratusan pedagang liar sebelum lebaran idul Adha harus dipindahkan ke kawasan baru yang tidak jauh dari jalur produksi PGE. Namun sampai saat ini masih saja tolak tarik ulur antara pedagang dengan pihak manajemen.
“Nah yang namanya pipa kondensat kalo bocor maka habislah semua terbakar dalam hitungan detik, sementara bagaimana kami harus menangani pipa yang rawan bocor itu, sementara diatas pipa itu para pedagang liar semua,” terangnya
Upaya negosiasi perusahan bersama Pemda selama 2 tahun berjalan, namun belum membuah hasil memindahkan para pedagang mulai desa Parang Sikureung hingga desa Simpang Rangkaya.
Dugaan Pihaknya ada membeking ratusan pedagang liar, tidak cukup sampai di situ para pedagang tersebut juga diminta uang keamanan oleh sejumlah oknum preman.
Tegasnya, dalam bulan agustus ini, pihaknya akan mengambil tindakan dengan cara memindahkan para pedagang tersebut ke lokasi baru, karena sudah 2 tahun pihak perusahaan dengan cara lunak menyurati berkali kali dan membujuk agar tidak berjualan di zona bahaya tersebut.
Upaya menggusur para pedagang itu, telah disampaikan dalam sejumlah pertemuan ke Pj Bupati, Kapolda, Danrem 011 Lilawangsa. Bahkan Satpol PP mendesak pihak manajemen perusahaan untuk memastikan tanggal pasti jadwal penggusuran. (Firdaus)