Menu

Mode Gelap
Polres Aceh Utara Bongkar Jaringan Penipuan Konvensional: Modus Jual Nama Polisi hingga Janji PNS Polres Aceh Utara Musnahkan 73 Kg Ganja, Kapolri Tekankan Pelayanan Pro Rakyat Gubernur Aceh Pimpin Upacara Hari Bhayangkara di Blang Padang PTPL Harapan Di antara Janji Direksi Baru Pesawat Charter PT PGE Resmi Mengudara: Dukung Mobilitas Industri Migas Aceh Sinergi Dua Sayuti, Pers dan Pemerintah Sepakat Dukung Pembangunan Kota Lhokseumawe

Aceh

Pupus sudah harapan masyarakat Blang Pante bertemu dengan Jokowi

badge-check


					Pupus sudah harapan masyarakat Blang Pante bertemu dengan Jokowi Perbesar

Lhoksukon, Harianpaparazzi.com – Sejuta harapan dan keinginan masyarakat desa Blang Pante Kecamatan Paya Bakong Aceh Utara pupus sudah bertemu dengan presiden Jokowi Widodo. Lantaran Presiden menunda untuk ke 2 kalinya meresmikan bendungan itu, sejak dibangun 10 tahun lalu.

Sebagai pemimpin yang diberikan amanah memimpin desa tersebut, Marzuki hanya tertunduk, sesekali mengusap kening. Sang Geuchik kepada wartawan Paparazi, Selasa (15/10) dengan rasa kecewa mengatakan, jalan ke tempat desa kami rusak parah, dan berlubang-lubang.

Keinginan warga, ingin meminta presiden ikut memperhatikan kondisi jalan didesa itu, dimana akibat pembangunan waduk, truk pengangkut material ikut menyumbang dan mempeparah kerusakan jalan satu-satunya bagi 13 desa. Dimana jalan sepanjang 7 kilometer tersebut dilalui, pedagang, pelajar pegawai pemerintah hingga warga, ujarnya.

Padahal, waduk dibangun dengan menggunakan anggaran lebih dari 3 triliyun itu akan dipersiakan untuk objek wisata dan kemungkinan akan dibangunnya pembangkit listrik.

“coba bapak bayangkan di perbatasan dari desa kami Jalan menuju waduk dibangun dengan aspal hotmik, sedangkan dari ibukota kecamatan hingga ke desa kami rusak parah, mulai dari desa gunci hingga ke desa Blang Pante.”

Persoalan lainya, yang dihadapi warga saat ini, soal ganti rugi lahan waduk dengan pemilik lahan hingga saat ini belum kunjung selesai.

“kami juga meminta agar persoalan lahan warga kami yang berada disekitar waduk dapat dicarikan jalan keluarnya yang terbaik.”

Sebagai desa paling ujung selatan Kabupaten Aceh Utara, lanjut Maruki masyarakat mayoritas pekebun dan berladang, kerap mendapat gangguan satwa gajah liar.

Upaya menghalau kawanan gajah liar, sering mereka lakukan menggunakan mercon. Kawanan satwa itu hanya beberapa jam menghindar untuk hari itu namun ke esokan nya, tetap saja perkebunan dan ladang warga menjadi amukan satwa tersebut.

“Persoalan inipun sudah berkali-kali kami sampaikan ke pemerintah propinsi namun sampai saat ini, pihak balai konservasi sumber daya alam belum memberikan solusi bagaiamana penanganan satwa liar itu.”

Marzuki, mempertanyakan kepada pemerintah daerah, dan pemerintah propinsi mengapa selama ini warga kampungnya selalu menjadi terabaikan dari pembangunan. (firdaus)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Lainnya

Satgas PPA Siap Kirim Laporan Resmi ke KPK, BPK RI, dan Kejaksaan Agung

2 Juli 2025 - 21:18 WIB

“Teri Lhokseumawe: Dari Laut ke Meja, Kini Saatnya Mengemas Harapan Baru”

2 Juli 2025 - 17:26 WIB

Polres Aceh Utara Bongkar Jaringan Penipuan Konvensional: Modus Jual Nama Polisi hingga Janji PNS

1 Juli 2025 - 23:09 WIB

Polres Aceh Utara Musnahkan 73 Kg Ganja, Kapolri Tekankan Pelayanan Pro Rakyat

1 Juli 2025 - 23:04 WIB

Pupuk Iskandar Muda Raih Penghargaan Platinum & Gold di TJSL & CSR Awards 2025

1 Juli 2025 - 22:39 WIB

Trending di Aceh