Fenomena lain yang muncul adalah banyaknya pendatang baru (umumnya yang masih muda dan energik) seperti tak mampu melawan tokoh tua yang kembali naik panggung.
Perlu juga dicari tahu apakah yang muda dan potensial itu takut (taloe bulee) dengan senior atau ada hambatan lainnya sehingga terkesan paling sulit membangun pencitraan.
Yang menariknya lagi, sejumlah media massa masih menempatkan orang-orang atau tokoh yang ‘itu-itu saja’ sebagai kandidat pemimpin di Aceh, baik melalui iklan atau wawancara eksklusif yang kesannya menggiring.
Meski belum ada survei betapa tinggi pengaruh media untuk menggiring tokoh-toko tua kembali ke panggung politik, tetapi kita berharap media tidak hanya mencari keuntungan semata, tanpa peduli terhadap dampak yang ditimbulkan apabila ‘pilihan media’ ternyata berbeda dengan pilihan rakyat.
“Menanggapi berbagai fenomena itulah, kami dari PWI dan Forum Pemred yang ada di Aceh coba untuk membawa semua dinamika di lapangan ke Forum Group Discussion (FGD) bertema, Mencari Sosok Pemimpin Aceh yang Energik, Cerdas, dan Mengerti Akar Persoalan,” kata Nasir.
Melalui FGD yang dipandu oleh Ketua Forum Pemred Aceh, Nurdin Syam yang juga Pemred AcehHerald.com tersebut diharapkan muncul berbagai rekomendasi, misalnya tentang kriteria bakal calon, pendidikan, moral, kemampuan memetakan masalah dan action pada solusi. Juga kemampuan finansial (bukan sosok pencari kerja), mengerti Aceh dan akar persoalan yang dihadapi daerah ini, pro syariat, dan lainnya.
“Yang lebih penting lagi FGD ini mampu melahirkan pemikiran cerdas rakyat sehingga tidak melakukan kesalahan di panggung pilkada yang berakibat Aceh bisa kembali pada kondisi yang tidak sesuai dengan harapan rakyat,” tandas Ketua PWI Aceh.
Peserta FGD
Peserta FGD ini terdiri para Pemimpin Redaksi/Wartawan Lintas Media, para Ketua BEM Universitas, dan perwakilan LSM.
Sedangkan narasumber adalah para guru besar di USK, yaitu Prof. Dr. Mukhlis Yunus, S.E., M.M, Prof. Dr. Ir. Ahmad Humam Hamid, MA, dan Prf. Dr. Husni Jalil, SH, MH.
Menurut Nasir, semua yang berkembang dalam FGD akan dirangkum menjadi rekomendasi (dokumen publik) yang jadi pedoman bagi masyarakat untuk menentukan pilihan.
“Bukankah mengarahkan orang untuk menjadi cerdas dan berani menyampaikan ide-ide cerdas—termasuk bersikap—menjadi salah satu tanggung jawab pers dan para akademisi,” demikian Ketua PWI Aceh. (54YU)