Lhokseumawe, Harianpaparazzi.com – Aula Kantor Wali Kota Lhokseumawe tampak lebih semarak dari biasanya, Senin (30/06/2025). Di balik deretan kursi tamu kehormatan, ada harapan baru, ada beban lama yang belum selesai. Di sinilah, enam nama resmi dilantik untuk menakhodai PT Pembangunan Lhokseumawe (Perseroda). Sebuah nama perusahaan daerah yang selama in, lebih banyak menjadi perbincangan dalam bentuk tanya: “Ada hasil nyatanya?”
Pelantikan Direksi dan Dewan Komisaris PTPL ini menjadi peristiwa penting, bukan semata seremoni jabatan. Wali Kota Lhokseumawe, Dr. Sayuti Abubakar, S.H., M.H., dalam sambutannya menyentil tajam realitas.
“Selama ini PTPL jalan di tempat. Tidak ada kreativitas. Tidak ada inovasi yang benar-benar berdampak.”
Pernyataan ini bukan tanpa dasar. Bertahun-tahun PTPL dikenal stagnan, minim terobosan, dengan kontribusi PAD (Pendapatan Asli Daerah) yang tidak sebanding dengan penyertaan modal dari APBK Lhokseumawe.
Kini, tongkat estafet itu berpindah ke tangan Habibillah, S.E., sebagai Direktur Utama. Bersama Junaidi, S.E., dan Ir. Muntazar, S.T., M.T., sebagai jajaran Direksi, plus tiga anggota Komisaris, mereka membawa beban ekspektasi publik.
Ekonomi dan Pemerintahan: Di Mana Hasil Nyata?
Secara ekonomi, publik Lhokseumawe bertanya: “Sampai kapan PTPL bergantung pada APBK untuk membayar gaji dan operasional?”
Dalam wawancara eksklusif, Direktur Utama Habibillah mengakui:
“Kami tidak akan muluk-muluk dalam menargetkan capaian. Langkah awal kami adalah inventarisasi, evaluasi kinerja, dan perbaikan tata kelola. Fokus jangka pendek adalah pembenahan Jargas, pergudangan, dan Rumah Sakit PT Arun.”
Habibillah juga berjanji akan membuat laporan keuangan yang lebih transparan dan dapat diakses masyarakat. Bahkan jika memungkinkan, laporan keuangan akan dipublikasikan per triwulan atau per semester, bukan hanya tahunan.
Sosial dan Psikologis: Luka Publik yang Mengendap
Secara sosial, masyarakat Lhokseumawe sudah terlalu sering mendengar istilah “perbaikan PTPL” tanpa pernah melihat hasil konkret. Ada trauma kolektif di kalangan warga, terutama soal akuntabilitas.
Geografis: Potensi Ada, Tapi Belum Tergarap
Dari segi geografis dan potensi daerah, Lhokseumawe bukan kota tanpa peluang. Ada potensi laut, perikanan, jasa logistik, hingga pariwisata pesisir. Sayangnya, selama ini PTPL lebih sibuk mengurus unit-unit lama seperti RS Arun dan Jargas. Inovasi sektor baru? Masih sebatas wacana.
Direktur Utama baru menjawab soal ini dengan hati-hati:
“Pengembangan bisnis baru seperti perikanan dan pariwisata sedang kami kaji. Tidak akan terburu-buru sebelum ada analisis kelayakan bisnis yang jelas,” ujarnya.
Lanjutnya, Kehadiran Direksi dan Komisaris baru di PTPL bukan sekadar wajah baru di struktur manajemen. Ini adalah ujian integritas, ujian kreativitas, dan yang paling penting, ujian kejujuran publik.
Akankah PTPL tetap menjadi papan nama yang hanya cantik di spanduk acara pelantikan, Ataukah ini awal perubahan riil bagi ekonomi Lhokseumawe, Semua mata publik kini mengarah ke satu titik apakah PTPL bisa bangkit atau tetap jalan di tempat seperti dulu. (Firdaus)