Geudong, Harian Paparazzi – Pembangunan Pasar Rakyat Geudong Kabupaten Aceh Utara yang menelan anggaran Rp 3 miliar hampir rampung. Namun, di balik harapan menciptakan keteraturan dan kenyamanan bagi para pedagang, sejumlah masalah mencuat, dari keberatan pedagang hingga ketiadaan fasilitas penting seperti drainase.
Yusuf, pengelola Pasar Geudong, mengungkapkan bahwa hingga saat ini para pedagang belum bersedia menempati bangunan baru tersebut. “MCK sudah tersedia, dan tudingan pedagang bahwa fasilitas itu tidak ada adalah keliru. Namun, yang menjadi kebutuhan mendesak justru drainase, taman, jalan pasar, dan perbaikan mushalla yang terbengkalai. Sayangnya, drainase yang sangat vital tidak dicantumkan dalam gambar perencanaan pembangunan pasar ini,” ujar Yusuf.
Kesepakatan Awal yang Tidak Terpenuhi
Menurut Yusuf, sebelum pasar ini dibangun, pihaknya telah berdiskusi dengan para pedagang mengenai desain pasar yang sesuai kebutuhan. Kesepakatan pun tercapai untuk membuat pasar rakyat terbuka tanpa dinding, mencerminkan ciri khas pasar tradisional. Namun, sejumlah pedagang kini mengajukan keberatan karena merasa kebutuhan mereka tidak sepenuhnya terpenuhi.
“Kami pernah menawarkan khusus kepada pedagang kaki lima untuk menempati Pasar Sayur Lama dengan rencana pembangunan kios baru. Mereka yang berjualan makanan jadi memang tidak mungkin disatukan dengan pedagang ikan. Tetapi, kami membutuhkan dukungan anggaran pemerintah untuk mewujudkannya,” kata Yusuf.
Kemacetan dan Kesemrawutan Pasar Selama 20 Tahun
Pasar Geudong yang terletak di tepi Jalan Medan-Banda Aceh memiliki sejarah panjang sebagai pusat kemacetan dan kesemrawutan. Selama dua dekade terakhir, pedagang kaki lima yang memenuhi badan jalan menjadi sumber utama masalah. Upaya penertiban oleh Satpol PP sering kali tidak membuahkan hasil, sementara protes dari pedagang sembako terus mengalir ke pemerintah daerah.
“Kami berharap, setelah proyek ini selesai pada awal 2025, kemacetan dan kesemrawutan bisa teratasi. Ada 84 meja lapak untuk pedagang sayur, ikan asin, dan ikan segar, sementara jumlah pedagang dalam pasar hanya 60 orang. Sisanya diharapkan bisa diarahkan ke pasar ini sehingga lebih tertib,” jelas Yusuf.
Masalah Drainase yang Tidak Tercantum
Salah satu masalah utama yang menjadi sorotan adalah ketiadaan drainase dalam perencanaan pasar. Drainase sangat dibutuhkan untuk membuang limbah pasar agar tidak menimbulkan bau atau mencemari lingkungan. Ketika ditanya, Yusuf mengakui bahwa hal ini adalah kelalaian yang akan segera dibicarakan dengan pemerintah.
“Kami juga berjanji akan membicarakan kebutuhan drainase dengan pemerintah. Selain itu, fasilitas pendukung lain seperti taman dan halaman pasar perlu diselesaikan agar pasar ini benar-benar siap digunakan,” tambah Yusuf.
Rel Kereta Api yang Dikuasai Pihak Ketiga
Uniknya, area sekitar Pasar Geudong dilalui oleh rel kereta api yang kini telah dikuasai oleh pihak ketiga. Di atas lahan milik PT KAI ini, berdiri pusat perbelanjaan yang menjadi persaingan tersendiri bagi pasar tradisional. Hal ini menambah tantangan untuk menarik pedagang dan pembeli ke pasar baru.
Harapan ke Depan
Dengan luas area 3.000 meter persegi, Pasar Rakyat Geudong diharapkan
menjadi solusi bagi pedagang dan masyarakat. Namun, tantangan seperti keberatan pedagang, ketiadaan drainase, dan kebutuhan fasilitas lain harus segera diatasi. Yusuf optimis, jika pemerintah dan pengelola pasar bersinergi, perbaikan ini bisa selesai pada tahun 2026, menjadikan Geudong lebih tertib, nyaman, dan indah.
“Kami ingin menciptakan pasar yang layak bagi semua, tetapi kami butuh dukungan dari pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya. Ini bukan hanya soal pedagang, tetapi juga wajah kota Geudong secara keseluruhan,” pungkas Yusuf.
Pembangunan Pasar Geudong adalah langkah maju, tetapi masih banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan. Bagaimanapun, harapan untuk menciptakan pasar yang tertib dan terorganisir tetap menjadi prioritas utama, demi kesejahteraan pedagang dan kenyamanan masyarakat. (firdaus)