Menu

Mode Gelap
Selama 12 Tahun, Mutia Sari Antar Pasien dan Anak Yatim dengan Mobil Pribadi: “Mungkin Ini Rezeki Orang Lain” Polres Limpahkan Kasus Pembunuhan Berantai ke Kejaksaan Negeri Aceh Tenggara Dua Narapidana Lapas Kutacane Kedapatan Simpan 5 Gram Sabu RSU Cut Mutia Buka Layanan Cath Lab, Harapan Baru Bagi Penderita Jantung di Aceh Utara Quick Response,Brimob Lhokseumawe Bersama Damkar Padamkan Kebakaran Ruko Vivo Service Center di Lhokseumawe Breaking News! PSSI Resmi Akhiri Kerja Sama dengan Patrick Kluivert

Headline

Skandal Pungli Rp500 Ribu di Razia Pondok Kelapa: Bukti “Jalan Raya Jadi ATM”, Kapolri Harus Bertindak

badge-check


					Skandal Pungli Rp500 Ribu di Razia Pondok Kelapa: Bukti “Jalan Raya Jadi ATM”, Kapolri Harus Bertindak Perbesar

Medan, Harianpaparazzi.com — Malu, memalukan, dan mencoreng habis-habisan nama institusi! Seorang sopir asal Aceh mengaku dipalak Rp500 ribu oleh oknum polisi saat razia di Pondok Kelapa. Bukan karena melanggar berat, tapi hanya gara-gara bak truk terbuka tanpa terpal, padahal kendaraan sedang kosong tanpa muatan.

Dalam video yang beredar, terdengar suara yang disebut “Pak Juntak” meminta uang. Semua surat lengkap—SIM, STNK, dan dokumen angkutan—tetap tidak menyelamatkan sang sopir. Dinas Perhubungan Kota Medan saja tak mempermasalahkan, tapi oknum polisi ini justru menyita STNK.

Ketika sopir mencoba memberi Rp200 ribu, tawaran ditolak. “Mereka minta Rp500 ribu, kalau tidak, STNK tidak dikembalikan,” kata korban dengan nada kesal.

Jika ini benar, maka inilah potret telanjang penyakit kronis di tubuh kepolisian—jalan raya dijadikan ATM berjalan, razia berubah jadi lahan bisnis, dan rakyat kecil yang mencari nafkah jadi korban pemerasan.

Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo seharusnya murka besar! Ini bukan lagi sekadar “ulah oknum” yang bisa ditutup dengan permintaan maaf. Video ada, suara ada, korban ada. Bukti begitu terang benderang, hanya pimpinan pengecut yang akan diam.

Kapolda Sumut wajib bergerak cepat, bukan hanya memanggil pelaku tapi menyeretnya ke meja sidang etik dan pidana. Jangan sampai masyarakat melihat Polri cuma garang pada pelanggar kecil, tapi tumpul ketika anggota sendiri terlibat pemerasan.

Jika kasus seperti ini dibiarkan, maka pesan reformasi Polri hanya akan terdengar seperti slogan kosong—dan rakyat akan semakin kehilangan rasa hormat pada seragam cokelat itu.(tri)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Lainnya

Sepanduk Larangan Masuk Hutan di Aceh Utara Kerap Hilang

27 Oktober 2025 - 14:10 WIB

Selama 12 Tahun, Mutia Sari Antar Pasien dan Anak Yatim dengan Mobil Pribadi: “Mungkin Ini Rezeki Orang Lain”

25 Oktober 2025 - 21:44 WIB

Air PDAM Tirta Pase Aceh Utara Kembali Keruh, Warga Mengeluh

25 Oktober 2025 - 18:02 WIB

Peringati Maulid Nabi Muhammad SAW dan Hari Santri Nasional ke-10 Bersama Pemkab Aceh Tenggara

23 Oktober 2025 - 20:55 WIB

Ambulans RS Cut Meutia Langsa Tabrak Pemotor di Aceh Utara, Polisi Duga Ada Kelalaian Sopir

23 Oktober 2025 - 16:35 WIB

Trending di Aceh