Lhokseumawe, Harianpaparazzi.com – Suasana hangat dan penuh tawa mengisi Aula Kantor Wali Kota Lhokseumawe pagi tadi. Bukan acara seremonial biasa, tetapi momen langka ketika ratusan jurnalis dari berbagai platform media berkumpul dalam kegiatan bertajuk Coffee Morning bersama Wali Kota Lhokseumawe, Dr. Sayuti Abubakar, S.H., M.H.
Dengan gaya khasnya yang lugas namun terbuka, Sayuti Abubakar menyambut para pewarta dengan tangan terbuka . Sebuah langkah yang menjadi sinyal kuat bahwa ia siap mendengar, bahkan terhadap kritik yang tajam sekalipun.
“Saya memang sengaja undang semua media hari ini. Kritik itu vitamin buat kami. Saya lebih suka ditegur sekarang, daripada nanti masyarakat kehilangan kepercayaan,” ujar Sayuti Abubakar yang disambut riuh tepuk tangan dan senyum simpul para wartawan.
Acara yang penuh nuansa dialog ini menjadi ajang terbuka bagi insan pers menyampaikan masukan secara langsung yang belangsung di aula Sekdako Rabu (14/05). Dari mulai sorotan terhadap proyek SPAM yang tersendat, gedung terbengkalai, hingga penerangan jalan umum yang masih minim, semua ditanggapi Sayuti Abubakar dengan tenang. Bahkan, dalam beberapa momen, ia melontarkan candaan yang menyulut gelak tawa di tengah ruangan yang semula terasa formal.
Meski begitu, Sayuti Abubakar berusaha menampilkan wajah baru pemerintahan: terbuka, ingin mendengar, dan mencoba merangkul semua pihak. Ia memaparkan beberapa program prioritas, termasuk pengelolaan sampah melalui pendekatan “Broeh Jeut Keu Peng”, revitalisasi Gedung Kesenian, serta digitalisasi layanan publik demi transparansi dan efisiensi.
“Laporkan saja kalau ada ASN nongkrong saat jam kerja. Kita butuh birokrasi yang disiplin,” tegasnya.
Di tengah forum terbuka itu, Ketua PWI Kota Lhokseumawe, Sayuti Achmad, usai acara turut menyampaikan apresiasinya atas inisiatif wali kota membuka ruang komunikasi langsung dengan insan pers. Ia menilai pertemuan seperti ini tidak hanya mempererat kemitraan, tapi juga memperkuat kontrol sosial yang sehat dalam demokrasi lokal.
“Kita mengapresiasi langkah wali kota. Program digitalisasi dan konsep sampah menjadi sumber ekonomi adalah pendekatan yang modern dan positif. Bila dijalankan konsisten, ini akan menjadi lompatan penting bagi pembangunan Lhokseumawe,” ujar Sayuti Achmad.
Menurutnya, media juga memiliki peran strategis dalam menyosialisasikan program-program tersebut kepada masyarakat agar tak berhenti hanya sebagai wacana.
Tak hanya soal kebijakan, Sayuti Abubakar juga bicara tentang harapan — terutama bagaimana media dapat menjadi jembatan antara pemerintah dan masyarakat. Ia mengajak wartawan untuk menyampaikan kinerja pemerintah secara utuh, bukan sekadar tajuk sensasi.
Menjelang penutupan acara, kopi hangat dan obrolan ringan masih mewarnai suasana. Beberapa wartawan saling bertukar candaan, sebagian lain mencatat poin-poin penting di balik pertemuan.
“Ini baru namanya pemimpin yang mau duduk bareng, mau ditanya, bahkan mau disindir langsung,” celetuk seorang wartawan senior sambil tersenyum.
Meski tidak semua jawaban tuntas, namun Coffee Morning ini jadi cermin kecil bahwa ruang diskusi antara pers dan penguasa, masih mungkin untuk dijaga tetap terbuka — meski dengan catatan, kritis tetap harus tajam. (firdaus)